Sebagai orang yang
sering melakukan pengamatan di lapangan, geologist (sebutan untuk ahli geologi)
menggunakan foto sebagai bukti dari hasil pengamatannya. Dulu sebelum foto
lazim digunakan, para geologist masih mengandalkan kemampuan menggambar sketsa
mereka untuk memberikan informasi lapangan dalam bentuk visual. Bentuk sketsa
ini tentu saja sedikit merepotkan karena tidak semua orang bisa menggambar
dengan baik
Foto dimanfaatkan untuk
memberikan informasi mengenai data-data lapangan yang bersifat visual. Sebagai
contoh, sebuah sesar turun dikabarkan tersingkap di sebuah perbukitan di
sebelah utara kampus Undip Tembalang. Sebagai bukti visual keberadaan sesar,
sang pengamat kemudian mengambil foto yang menggambarkan kondisi sesar.
Tidak hanya
menggambarkan kondisi objek pengamatan, foto juga harus jelas dan informatif.
Jika foto sesar tadi hanya memperlihatkan sesar dari jarak 100 meter, tentu
saja informasi mengenai keberadaan sesar tersebut tidak akan tersampaikan hanya
lewat foto. Akan lebih baik jika foto diambil dari jarak yang cukup dekat
sehingga akan terlihat jelas struktur sesar yang dicari, jenis litologi, dan
kondisi morfologi daerah sekitarnya.
Foto dalam bidang
geologi pun berkembang dan tidak hanya digunakan sebagai bukti lapangan.
Geologifoto adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang memanfaatkan foto
udara sebagai media penginderaan jauh. Dari foto udara ini, geologist bisa
memperkirakan bentuk morfologi permukaannya, litologi, dan pola-pola yang
terbentuk dari berbagai macam unsur pengontrol. Geologifoto ini merupakan
pemanfaatan teknologi foto yang mudah dan sederhana, namun dapat menghasilkan
informasi yang tidak kalah lengkap dengan pengamatan lapangan langsung.
Karena foto sudah
sangat melekat dengan pekerjaan seorang geologist, tak jarang geologist juga
memiliki hobi di bidang fotografi. Bentuk-bentuk muka bumi yang menarik dan
menakjubkan membuat geologist enggan kehilangan saat-saat luar biasa mereka di
lapangan. Foto menjadi salah satu obat untuk mengatasi rasa enggan tersebut.
Dengan foto, geologist bisa menyimpan informasi lapangan sekaligus menuangkan
kecintaannya pada dunia fotografi.
Foto dalam bidang
geologi sudah mulai beralih dari sekedar sumber informasi menjadi karya seni.
Tidak hanya informatif, foto juga dituntut untuk memiliki nilai-nilai estetika
tertentu sehingga tampak indah dan menarik untuk diamati. Karena sadar akan hal
tersebut, maka semakin marak bermunculan lomba-lomba fotografi di bidang
geologi yang menonjolkan keindahan bentuk muka bumi dan makna yang terkandung
di dalamnya. Interpretasi data lapangan yang semula membosankan telah
berkembang menjadi wadah kreatifitas para geologist yang menggeluti dunia
fotografi.
Geologi dan fotografi
dapat diibaratkan sebagai cabai dan tomat yang memiliki rasa masing-masing,
namun akan menciptakan rasa yang khas jika keduanya diracik menjadi sambal.
Asimilasi aspek-aspek seni fotografi ke dalam bidang ilmu kebumian telah
membawa nuansa baru dalam keberadaannya. Bumi dan segala isinya bukan lagi
objek yang harus dipelajari secara serius dan mendalam, tetapi telah
bertransformasi menjadi sebuah karya seni yang sangat mengagumkan.