Ekspedisi Slamet Anggota Muda
Mapeagi dimulai 5 April 2012. Kegiatan ini merupakan salah satu agenda wajib
bagi Anggota Muda Mapeagi dalam rangka memenuhi persyaratan menjadi anggota.
Selain sebagai syarat, ekspedisi ini digunakan juga sebagai sarana untuk
mengaplikasikan seluruh ilmu yang didapatkan anggota muda selama masa
Pendidikan Dasar (Diksar).
Perjalanan menuju Gunung Slamet kami
mulai dengan perjalanan dari Semarang menuju Purbalingga. Dengan Rp 30.000,-
kami sudah bisa duduk dengan nyaman selama 8 jam di dalam bus ekonomi jurusan
Semarang – Purwokerto. Perjalanan yang semula diprediksi hanya memakan waktu 6
jam bertambah karena kemacetan parah sepanjang jalan Ungaran – Bawen.
Lamanya perjalanan membuat kami
lebih banyak menghabiskan waktu dengan tidur. Hingga kami akhirnya terbangun
saat tiba di Purbalingga, lebih tepatnya di depan Mabes Polres Purbalingga.
Namun ternyata rencana beralih ke moda transportasi lain untuk mencapai basecamp Bambangan harus ditunda karena
malam sudah terlalu larut. Angkutan umum menuju Bambangan baru ada sekitar
pukul 03.00. Untungnya ditengah kantuk dan lelah pasca perjalanan panjang,
seorang petugas polisi menawari kami untuk beristirahat di musholla mabes. Atas
izin petugas piket malam itu, kami diperbolehkan untuk beristirahat sampai
angkutan umum yang kami sewa datang menjemput.
Polres Purbalingga
Sesuai rencana, kami akhirnya
berangkat dari Mabes Polres Purbalingga pukul 03.00. Sedikit perdebatan
mengenai tarif antara kami dengan supir sempat menghambat perjalanan selama
beberapa menit. Kami akhirnya setuju untuk membayar Rp. 30.000 per orang untuk
sampai di basecamp. Kami pun tiba di basecamp Bambangan pada waktu yang
tepat, pukul 05.00. Sebelum perjalanan pendakian kami mulai pukul 07.15, waktu
yang ada kami manfaatkan untuk beristirahat, sarapan, dan packing.
Tim ekspedisi G. Slamet
Perjalanan pendakian pun kami mulai.
TIdak lupa, kami melakukan registrasi di petugas basecamp. Cukup Rp 5.000 per orang yang kami rogoh dari kocek. Pos I menjadi tujuan pertama kami. Track tidak terlalu curam, namun jauhnya
jarak membuat kami sedikit lelah. Ini biasa terjadi karena saat itu, tubuh belum 100 % menyesuaikan keadaannya dengan aktivtas
pendakian. Sempat beberapa kali kami berhenti untuk istirahat karena lelah
sambil menikmati pemandangan morfologi kaki Gunung Slamet dan vegetasi yang
menyelimutinya. Akhirnya dalam waktu 90 menit kami berhasil sampai di Pos I.
Puncak G. Slamet
Pos 1, Pondok Gembirung
Pos I ini selain sebagai tempat
istirahat, juga merupakan penanda perbatasan antara kawasan vegetasi pinus dan
semak dengan kawasan hutan yang lebih banyak didominasi pohon-pohon besar.
Selain itu, mulai dari Pos I ini juga track
akan bertambah curam dan menantang. Setelah beristirahat selama 15 menit,
kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Pos II.
Sesuai dengan informasi yang kami dapatkan
tentang pendakian Gunung Slamet, track menuju
Pos II dari Pos I memiliki kelerengan yang cukup curam. Jarak tempuhnya memang
lebih pendek daripada perjalanan basecamp
– Pos I, namun karena curam waktu tempuh menjadi lebih lama. Kami lebih
sering berisitirahat di tengah perjalanan dibandingkan perjalanan basecamp – Pos I. Alhasil, Pos II baru
bisa dicapai pada pukul 10.30 dengan lama perjalanan sekitar 90 menit.
Pos 2
Tiga puluh menit kemudian, kami
melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos III. Ternyata track yang kami lalui kali ini lebih curam dari sebelumnya. Akan
tetapi, kondisi tubuh yang sudah mulai beradaptasi dengan aktivtas pendakian
membuat kami lebih sedikit berisitirahat dibandingkan perjalanan menuju Pos II.
Selain itu, vegetasi yang tumbuh lebat dapat kami manfaatkan untuk berpegangan
saat melewati bagian jalur yang sulit sehingga perjalanan menjadi lebih mudah.
Hanya dalam waktu 1 jam 2 menit, kami sudah tiba di Pos III, lebih cepat dari
perkiraan.
Pos 3, Pondok Cemara
Karena hari sudah menunjukkan pukul
12.02, kami memilih untuk beristirahat makan siang di pos tersebut. Sebagian
dari anggota tim ada yang duduk-duduk menata kembali isi tas carrier yang sudah terasa tidak nyaman
di punggung. Sebagian lain megeluarkan logistik dan mempersiapkan peralatan
untuk memasak makanan makan siang. Dengan keahlian memasak seadanya, anggota
tim laki-laki hanya bisa memasak nasi dan membantu memotong-motong bahan
makanan, sedangkan untuk urusan ‘inti’-nya kami serahkan kepada anggota tim
yang perempuan.
Memasak hidangan makan siang di pos 3
Di pos ini kami sempat bertemu
dengan seorang pendaki asal Jepang. Kami tidak sempat berbincang-bincang dengan
pendaki tersebut, jadi kami tidak mengetahui namanya. Dia ditemani oleh seorang
porter yang orang Indonesia. Ditengah
istirahatnya, dia menuliskan sesuatu di sebuah buku, mungkin itu buku catatan
perjalanannya. Dia hanya beristirahat sekitar 30 menit, sedangkan kami baru
melanjutkan perjalanan kembali 75 menit kemudian. (bersambung . . .)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar