Lagi –lagi
catatan perjalanan. Semoga anda tidak bosan . . .
Hari
ini (11/04) saya sedang tidak akur dengan teman yang bernama Cuaca. Alih-alih
membantu mencerahkan suasana akhir pekan, dia malah memberi saya hadiah guyuran
“gerimis mengundang” selama perjalanan dari Semarang menuju Desa Girirejo,
Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Yang sudah pernah ke sana pasti tidak
asing lagi dengan tujuan perjalanan saya kali ini. Ya, Gunung Andong, gunung
kecil di utara Gunung Merbabu. Rupanya tidak hanya saat perjalanan. Saat
pendakian pun gerimis kadang datang tak diundang. Kami harus siap siaga dengan
ponco dan rain cover ransel.
Pendakian
kami mulai pada pukul 09.16, setelah sekitar 1,5 jam perjalanan dengan sepeda
motor dari Tembalang, Semarang plus 15 menit persiapan di basecamp. Basecamp sudah
terlihat layaknya showroom sepeda
motor bekas yang menjual berbagai macam jenis sepeda motor yang berjajar rapih.
Kondisi ini sudah kami prediksi. Mau bagaimana lagi, ini memang akhir pekan.
Tebusan Rp 4.000,00 per orang dan biaya parkir Rp 3.000,00 per sepeda motor
sudah bisa membawa kami masuk ke jalur pendakian Gunung Andong.
![]() |
Jalur pendakian. Istirahat sejenak |
Sebagai
informasi, untuk mencapai basecamp pendakian Gunung Andong dari arah Semarang,
anda bisa melalui jalur jalan utama Semarang-Salatiga, kemudian masuk ke Jalur
Lingkar Salatiga kemudian lanjut masuk ke arah Kopeng/Magelang. Setelah
melewati Kopeng, anda akan bertemu Pasar Ngablak. Persis setelah pasar belok
kanan, kemudian anda tinggal mengikuti papan penunjuk arah. Ada dua jalur yang
tersedia, yaitu jalur Desa Girirejo dan jalur utara. Keduanya berada di desa
yang berbeda.
Anda
tidak akan menemukan jalur pendakian istimewa layaknya Gunung Merapi yang
berbatu, berpasir, dan berangin. Jalur pendakian Gunung Andong yang sederhana
ini adalah jalur pendakian biasa yang langsung berubah terjal saat anda
meninggalkan kawasan pertanian menuju hutan. Basah, agak licin, namun masih
bisa ditapaki dengan baik. Entah berapa puluh orang pendaki yang kami jumpai di
perjalanan. Yang jelas mereka turun. Ayo, segeralah turun, biar di puncak sepi.
Oh ya, anda juga bisa menemukan mata air setelah melewati Pos I.
![]() |
Mata air |
Satu
jam empat puluh lima menit pendakian akhirnya disambut (lagi) dengan “gerimis
mengundang” dan ekstra kabut. Seperti yang saya harapkan, sepi. Tapi berkabut,
pemandangan apa yang bisa saya lihat. Padahal saya rindu pemandangan indah dari
ketinggian itu. Padahal dari ketinggian 1.726 mdpl ini saya berharap bisa
melihat gagahnya Gunung Merapi dan Merbabu. Cuma sesaat pemandangan menarik
muncul, tak lama kemudian hilang. Kenikmatan sesaat.
![]() |
Sajian puncak dengan ekstra kabut |
![]() |
Sayang, lagi-lagi coretan |
![]() |
Pemandangan dari Puncak Alap-alap, sebelah utara Puncak Andong |
Gerimis
yang mengundang lama kelamaan berubah menjadi hujan yang mengusir kami dari
puncak setelah hampir dua jam menikmati kenikmatan sesaat. Ponco siap, rain cover siap, kami pun siap menerjang
hujan untuk kembali turun.
Terlepas
dari sedikit rasa kecewa saya, Gunung Andong menawarkan banyak hal menarik. Camping ground yang cukup luas di Puncak
Jiwa saya rekomendasikan sebagai lokasi kemah ceria yang ideal. Jembatan Setan (begitulah sebutan orang-orang)
dari Puncak Andong menuju Puncak Alap bisa jadi spot foto yang menarik selain pemandangan puncak dan daerah sekitar
Gunung Andong. Selain itu, jalur pendakiannya yang tidak begitu ekstrim bisa
dimanfaatkan sebagai sebagai sarana olahraga trailrun. Hmm ide yang menarik. Gunung Andong bisa jadi icon olahraga alam Kabupaten Magelang.
![]() |
Camping ground di Puncak Jiwa, dan (lagi-lagi) sampah |
Dinikmati
saja, begitu kata orang-orang. Ya, bagaimana pun ini perjalanan menarik. Cuma
di pendakian ini saya bertemu orang yang mendaki membawa koper beroda. Rupanya
bapak satu ini ingin buka lapak jualan
makanan ringan di puncak sana. Semoga berhasil pak, doa kami bersamamu,
meskipun kau dan kopermu begitu lucu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar