Sabtu, 28 Juli 2012

Ekspedisi Gunung Slamet (Bagian 1/3)


Ekspedisi Slamet Anggota Muda Mapeagi dimulai 5 April 2012. Kegiatan ini merupakan salah satu agenda wajib bagi Anggota Muda Mapeagi dalam rangka memenuhi persyaratan menjadi anggota. Selain sebagai syarat, ekspedisi ini digunakan juga sebagai sarana untuk mengaplikasikan seluruh ilmu yang didapatkan anggota muda selama masa Pendidikan Dasar (Diksar).
Perjalanan menuju Gunung Slamet kami mulai dengan perjalanan dari Semarang menuju Purbalingga. Dengan Rp 30.000,- kami sudah bisa duduk dengan nyaman selama 8 jam di dalam bus ekonomi jurusan Semarang – Purwokerto. Perjalanan yang semula diprediksi hanya memakan waktu 6 jam bertambah karena kemacetan parah sepanjang jalan Ungaran – Bawen.
Lamanya perjalanan membuat kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan tidur. Hingga kami akhirnya terbangun saat tiba di Purbalingga, lebih tepatnya di depan Mabes Polres Purbalingga. Namun ternyata rencana beralih ke moda transportasi lain untuk mencapai basecamp Bambangan harus ditunda karena malam sudah terlalu larut. Angkutan umum menuju Bambangan baru ada sekitar pukul 03.00. Untungnya ditengah kantuk dan lelah pasca perjalanan panjang, seorang petugas polisi menawari kami untuk beristirahat di musholla mabes. Atas izin petugas piket malam itu, kami diperbolehkan untuk beristirahat sampai angkutan umum yang kami sewa datang menjemput.


Polres Purbalingga

Sesuai rencana, kami akhirnya berangkat dari Mabes Polres Purbalingga pukul 03.00. Sedikit perdebatan mengenai tarif antara kami dengan supir sempat menghambat perjalanan selama beberapa menit. Kami akhirnya setuju untuk membayar Rp. 30.000 per orang untuk sampai di basecamp. Kami pun tiba di basecamp Bambangan pada waktu yang tepat, pukul 05.00. Sebelum perjalanan pendakian kami mulai pukul 07.15, waktu yang ada kami manfaatkan untuk beristirahat, sarapan, dan packing.


Tim ekspedisi G. Slamet

Perjalanan pendakian pun kami mulai. TIdak lupa, kami melakukan registrasi di petugas basecamp. Cukup Rp 5.000 per orang yang kami rogoh dari kocek. Pos I menjadi tujuan pertama kami. Track tidak terlalu curam, namun jauhnya jarak membuat kami sedikit lelah. Ini biasa terjadi karena saat itu, tubuh belum 100 % menyesuaikan keadaannya dengan aktivtas pendakian. Sempat beberapa kali kami berhenti untuk istirahat karena lelah sambil menikmati pemandangan morfologi kaki Gunung Slamet dan vegetasi yang menyelimutinya. Akhirnya dalam waktu 90 menit kami berhasil sampai di Pos I.


Puncak G. Slamet

Pos 1, Pondok Gembirung

Pos I ini selain sebagai tempat istirahat, juga merupakan penanda perbatasan antara kawasan vegetasi pinus dan semak dengan kawasan hutan yang lebih banyak didominasi pohon-pohon besar. Selain itu, mulai dari Pos I ini juga track akan bertambah curam dan menantang. Setelah beristirahat selama 15 menit, kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Pos II.
 Sesuai dengan informasi yang kami dapatkan tentang pendakian Gunung Slamet, track menuju Pos II dari Pos I memiliki kelerengan yang cukup curam. Jarak tempuhnya memang lebih pendek daripada perjalanan basecamp – Pos I, namun karena curam waktu tempuh menjadi lebih lama. Kami lebih sering berisitirahat di tengah perjalanan dibandingkan perjalanan basecamp ­– Pos I. Alhasil, Pos II baru bisa dicapai pada pukul 10.30 dengan lama perjalanan sekitar 90 menit.


Pos 2

Tiga puluh menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos III. Ternyata track yang kami lalui kali ini lebih curam dari sebelumnya. Akan tetapi, kondisi tubuh yang sudah mulai beradaptasi dengan aktivtas pendakian membuat kami lebih sedikit berisitirahat dibandingkan perjalanan menuju Pos II. Selain itu, vegetasi yang tumbuh lebat dapat kami manfaatkan untuk berpegangan saat melewati bagian jalur yang sulit sehingga perjalanan menjadi lebih mudah. Hanya dalam waktu 1 jam 2 menit, kami sudah tiba di Pos III, lebih cepat dari perkiraan.


Pos 3, Pondok Cemara

Karena hari sudah menunjukkan pukul 12.02, kami memilih untuk beristirahat makan siang di pos tersebut. Sebagian dari anggota tim ada yang duduk-duduk menata kembali isi tas carrier yang sudah terasa tidak nyaman di punggung. Sebagian lain megeluarkan logistik dan mempersiapkan peralatan untuk memasak makanan makan siang. Dengan keahlian memasak seadanya, anggota tim laki-laki hanya bisa memasak nasi dan membantu memotong-motong bahan makanan, sedangkan untuk urusan ‘inti’-nya kami serahkan kepada anggota tim yang perempuan.


Memasak hidangan makan siang di pos 3

Di pos ini kami sempat bertemu dengan seorang pendaki asal Jepang. Kami tidak sempat berbincang-bincang dengan pendaki tersebut, jadi kami tidak mengetahui namanya. Dia ditemani oleh seorang porter yang orang Indonesia. Ditengah istirahatnya, dia menuliskan sesuatu di sebuah buku, mungkin itu buku catatan perjalanannya. Dia hanya beristirahat sekitar 30 menit, sedangkan kami baru melanjutkan perjalanan kembali 75 menit kemudian. (bersambung . . .)

Ads Inside Post