Kamis, 30 April 2015

Secubit Inspirasi Dari Kue Cubit



Kadang ide-ide aneh muncul saat kami sedang berkumpul dan bergurau. Ini yang paling aneh, “bikin kue cubit yuk . . .”

Kue cubit, hanya contoh (masakanlezat.com)
Semuanya berawal dari ajakan teman dari kos-kosan sebelah, sebut saja Fadil. Dia sering mengajak kami untuk sekedar jajan makanan kecil, kue cubit. Rasanya enak, manis, namun sayang mahal, ditambah lagi itu cuma satu-satunya di Tembalang. Itulah sebabnya kami jarang mau jadi pengikutnya membeli kue cubit.

Mungkin karena bosan dengan penolakan kami, akhirnya ia manawarkan untuk membuat kue cubit sendiri. Konyol. Dan lagi kami semuanya laki-laki. Belum pernah ada di antara kami yang benar-benar berpengalaman membuat kue. Tapi Fadil tetap bersikukuh untuk merealisasikan idenya itu. Alhasil dibelilah satu set wajan cetakan kue cubit, 1 kg tepung terigu, gula pasir, bubuk vanili, telur, dan margarin.

Kami hanya punya modal “membantu ibu di dapur saat membuat kue lebaran dan natal”. Sisanya kami serahkan kepada internet sebagai tempat orang-orang bingung dan kurang berpengalaman mencari jawaban atas segala pertanyaannya. Kami buat adonan, memasaknya dalam wajan, memberikan macam-macam toping, hingga akhirnya tersajilah kue cubit manis dengan warna kuning kecokelatan di piring.

Rasanya, jangan ditanya, masih kurang mantap. Percobaan pertama. Saya Coba me-review bahan-bahan, cara pembuatan, dan biaya yang kami keluarkan. Ternyata cukup murah. Dengan biaya kira-kira Rp 50.000, kami sudah bisa membuat adonan untuk 20 buah kue cubit. Itupun masih menyisakan 800 gram tepung terigu dan gula pasir. Seketika saya berpikir kue cubit ini merupakan ide menarik untuk berwirausaha.

“Jangan pernah takut bereksperimen”, begitu kira-kira kalimat yang diucapkan Fadil ia sedang mencampurkan dan mengaduk adonan kue cubit. Agaknya kalimat ini juga berlaku untuk kami yang berencana segera lulus ini. Jangan pernah takut bereksperimen dengan berbagai macam upaya yang bisa kita lakukan untuk berwirausaha, apalagi saat lapangan pekerjaan di bidang geologi sedang sulit seperti sekarang.Wirausaha tidak harus besar. Wirausaha bisa kita mulai dari hal-hal kecil dan murah seperti kue cubit. Hmmm saya jadi berpikir sejenak. Mungkin ide kedai kopi dengan hidangan istimewa kue cubit patut dicoba . . .

Sabtu, 11 April 2015

Pendakian Gunung Andong



Lagi –lagi catatan perjalanan. Semoga anda tidak bosan  . . .



Hari ini (11/04) saya sedang tidak akur dengan teman yang bernama Cuaca. Alih-alih membantu mencerahkan suasana akhir pekan, dia malah memberi saya hadiah guyuran “gerimis mengundang” selama perjalanan dari Semarang menuju Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Yang sudah pernah ke sana pasti tidak asing lagi dengan tujuan perjalanan saya kali ini. Ya, Gunung Andong, gunung kecil di utara Gunung Merbabu. Rupanya tidak hanya saat perjalanan. Saat pendakian pun gerimis kadang datang tak diundang. Kami harus siap siaga dengan ponco dan rain cover ransel.

Pendakian kami mulai pada pukul 09.16, setelah sekitar 1,5 jam perjalanan dengan sepeda motor dari Tembalang, Semarang plus 15 menit persiapan di basecamp. Basecamp sudah terlihat layaknya showroom sepeda motor bekas yang menjual berbagai macam jenis sepeda motor yang berjajar rapih. Kondisi ini sudah kami prediksi. Mau bagaimana lagi, ini memang akhir pekan. Tebusan Rp 4.000,00 per orang dan biaya parkir Rp 3.000,00 per sepeda motor sudah bisa membawa kami masuk ke jalur pendakian Gunung Andong.

Jalur pendakian. Istirahat sejenak

Sebagai informasi, untuk mencapai basecamp pendakian Gunung Andong dari arah Semarang, anda bisa melalui jalur jalan utama Semarang-Salatiga, kemudian masuk ke Jalur Lingkar Salatiga kemudian lanjut masuk ke arah Kopeng/Magelang. Setelah melewati Kopeng, anda akan bertemu Pasar Ngablak. Persis setelah pasar belok kanan, kemudian anda tinggal mengikuti papan penunjuk arah. Ada dua jalur yang tersedia, yaitu jalur Desa Girirejo dan jalur utara. Keduanya berada di desa yang berbeda.

Anda tidak akan menemukan jalur pendakian istimewa layaknya Gunung Merapi yang berbatu, berpasir, dan berangin. Jalur pendakian Gunung Andong yang sederhana ini adalah jalur pendakian biasa yang langsung berubah terjal saat anda meninggalkan kawasan pertanian menuju hutan. Basah, agak licin, namun masih bisa ditapaki dengan baik. Entah berapa puluh orang pendaki yang kami jumpai di perjalanan. Yang jelas mereka turun. Ayo, segeralah turun, biar di puncak sepi. Oh ya, anda juga bisa menemukan mata air setelah melewati Pos I.

Mata air

Satu jam empat puluh lima menit pendakian akhirnya disambut (lagi) dengan “gerimis mengundang” dan ekstra kabut. Seperti yang saya harapkan, sepi. Tapi berkabut, pemandangan apa yang bisa saya lihat. Padahal saya rindu pemandangan indah dari ketinggian itu. Padahal dari ketinggian 1.726 mdpl ini saya berharap bisa melihat gagahnya Gunung Merapi dan Merbabu. Cuma sesaat pemandangan menarik muncul, tak lama kemudian hilang. Kenikmatan sesaat.

Sajian puncak dengan ekstra kabut

Sayang, lagi-lagi coretan
Pemandangan dari Puncak Alap-alap, sebelah utara Puncak Andong

Gerimis yang mengundang lama kelamaan berubah menjadi hujan yang mengusir kami dari puncak setelah hampir dua jam menikmati kenikmatan sesaat. Ponco siap, rain cover siap, kami pun siap menerjang hujan untuk kembali turun.
Terlepas dari sedikit rasa kecewa saya, Gunung Andong menawarkan banyak hal menarik. Camping ground yang cukup luas di Puncak Jiwa saya rekomendasikan sebagai lokasi kemah ceria yang ideal. Jembatan Setan (begitulah sebutan orang-orang) dari Puncak Andong menuju Puncak Alap bisa jadi spot foto yang menarik selain pemandangan puncak dan daerah sekitar Gunung Andong. Selain itu, jalur pendakiannya yang tidak begitu ekstrim bisa dimanfaatkan sebagai sebagai sarana olahraga trailrun. Hmm ide yang menarik. Gunung Andong bisa jadi icon olahraga alam Kabupaten Magelang.

Camping ground di Puncak Jiwa, dan (lagi-lagi) sampah

Dinikmati saja, begitu kata orang-orang. Ya, bagaimana pun ini perjalanan menarik. Cuma di pendakian ini saya bertemu orang yang mendaki membawa koper beroda. Rupanya bapak satu ini ingin buka lapak jualan makanan ringan di puncak sana. Semoga berhasil pak, doa kami bersamamu, meskipun kau dan kopermu begitu lucu.



Ads Inside Post